Makna 3 Peristiwa Besar di Bulan Mei

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada bulan Mei ini, terdapat tiga  peristiwa besar yang terkait langsung dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM)   di negeri ini, yaitu, tanggal 2 Mei (Hari Pendidikan Nasional), 17 Mei (Hari Perbukuan Nasional), dan 20 Mei (Hari Kebangkitan Nasional). 

“Ketiga peristiwa ini saling terkait, bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” kata pakar pendidikan Zulfikri Anas melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (20/5). Ia menambahkan, masa-masa sulit seperti ini merupakan kesempatan  kepada semua pihak terkait untuk membuktikan pemahaman mereka tentang makna pendidikan yang sesungguhnya.

“Sekaligus ini menjadi ajang pembuktian apakah pada saat  pembelajaran sebelum pandemi (yakni belajar tatap muka, Red) benar-benar terjadi bubungan batin antara guru dengan peserta didiknya, atau hanya sekedar penyampaian materi kurikulum tanpa diikuti dengan proses penyadaran diri bahwa setiap individu manusia adalah penanggung jawab utama dari setiap tahapan perjalanan hidupnya menuju proses pendewasaan diri,” ujar direktur Indonesia Emas Institute itu.

Menurut Zulfikri, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi bermakna mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan menguatkan hubungan batin antara siswa-keluarga-guru. Suatu budaya belajar yang  (mungkin) hampir tidak terjadi dalam pembelajaran sebelum pandemi.

Proses ini sekaligus mengantarkan semua pihak agar siap menghadapi budaya belajar baru di era digital. “Persoalan utama dalam belajar di era digital  bukanlah pada perangkat teknologinya, tapi strategi belajar yang adaptif dan relevan dengan peradaban baru yang muncul sebagai dampak kehidupan yang dinamis,” papar pembina Yayasan Perguruan Al Iman, Citayam, Bogor itu.

Zufikri menegaskan, anak perlu dilibatkan dalam upaya menemukan solusi berbagai persoalan nyata,  misalnya merancang strategi  pencegahan penyebaran Covid-19 yang melibatkan berbagai mata pelajaran (matematika, bahasa, IPA, seni budaya, PPKn, Agama, dan seterusnya).

“Saatnya pemerintah, melalui Kemendikbud untuk berbuat hal-hal nyata, sekecil apapun  jika kita tidak ingin berutang selamanya kepada generasi setelah kita,” kata  penulis buku Sekolah untuk Kehidupan itu.

Dengan demikian, ujar Zulfikri, masa pandemi menjadi  peluang untuk penguatan karakter, kreativitas, dan kemampuan berinovasi bagi guru, peserta didik, dan orang tua. “Justeru pada saat-saat sulit seperti ini, dunia pendidikan harus tampil sebagai penyelamat dan kunci kebangkitan bangsa,” tegasnya.

Sumber